Everything You Know the Story

  Hiding the storm behind his face,  Wearing a smile, but never at rest. "kadang di titik terendah, saat kita hancur tanpa arah, kehila...

Juna II

 

Hiding the storm behind his face, Wearing a smile, but never at rest.


"kadang di titik terendah, saat kita hancur tanpa arah, kehilangan segalanya, di sanalah kita akhirnya benar-benar bertemu diri sendiri. Bukan saat bahagia, tapi saat kita nyaris tak bisa bernapas oleh luka."

Ditahun ini, banyak sekali kita melawati rintangan yang tak pernah aku duga. Rasa lelahh yang kita emban selama setengah tahun, rasa cemas akan suatu hal yang bahkan aku bingung harus berbuat apa, rasa tak berguna pada siapapun selalu menyelimutiku. Berharap masalah akan selesa ketka bangun keesokan harinya, tetapi tdur hanyalah obat sementara untuk ku tak melhat kenyataan yang begitu pahit. Kadang aku duduk di ruang kerja dengan mata kosong menatap monitor, menanti detik-detik saat aku harus kembali pura-pura kuat. Dunia di luar terus bergerak, dan aku, hanya diam, membeku. Lalu, sebuah notifikasi masuk. "Ting." Dari seseorang yang kurasa, masih mampu menghidupkan sisa-sisa jiwaku. Kamu. Hanya sebuah pesan singkat, tapi entah kenapa, terasa seperti tangan yang menarikku dari jurang paling sepi. Sejenak aku lupa dunia ini membenciku. Sejenak aku merasa BAHAGIA

Di saat itulah hariku mulai berwarna, walau hanya sebatas pesan Text, aku merasakan kepeduliannya. Tumbuh perlahan menyelimuti hariku, Tapi, perasaan itu tak bertahan lama. Otakku mulai merayap dengan bayangan-bayangan yang tak kuundang. Overthinking datang sebagai tamu yang tak pernah pamit. 'Bagaimana jika kamu mulai bosan? Bagaimana jika pesanmu hanya karena status, bukan ketulusan? Bagaimana jika kamu sama seperti yang lain, pergi ketika aku mulai berharap? bagaimana jika kamu disana Bersama teman-temanmu chatku di hidden?, bagaimana jika dia lebih bahagia dengan temannya?' Memang, terkadang sangat lelah memikirkan hal seperti itu, dari dia aku terus belajar mempercayainya walau apapun yang terjadi.

Suatu saat, pasti ada momen aku mengalahkan fikiran negatifku dan aku siap menanggung konsekuensinya. Walau hancur karena sakit hati, setidaknya dia pernah jujur. dari sana mungkin aku akan belajar banyak hal. saat hatiku penuh curiga, aku tetap tinggal, memegang janjiku meski kepalaku terus memaksa berfikir negatif. Aku ingin membuatnya nyaman, tenang, dan percaya meski aku sendiri sering tersesat dalam kekacauan batinku. Rasa cemburu itu nyata, dan perlahan membunuhku dari dalam. Tapi aku menahannya, menggenggam keras agar tidak mengusiknya. Aku mencoba menjaga agar dia tidak tenggelam dalam impuls-impulsnya walau aku nyaris karam oleh impulsif juga.


Kita memang memiliki banyak kesamaan, tapi mungkin justru di situlah bahayanya. Kita sama-sama hancur, tapi tak tahu cara menyelamatkan. Kita sama-sama terbiasa kehilangan, sehingga ketika diberi rasa sayang, kita lebih dulu mencurigainya, darisitu aku mengajak dia untuk berjuang bersama, walau sakit setidaknya kita tak sendirian untuk menanggung beban. Dari semua ini, aku mencoba belajar, belajar mencintai tanpa mengurung, memahami tanpa menuntut, dan bertahan untuk diperjuangkan. Tapi aku selalu punya satu harapan, bahwa di tengah kekacauan yang ada, Ada seseorang yang selalu tinggal dihati kamu, bukan karena aku tau cara menyembuhkan kamu, karena kamu membolehkan aku menggenggam tangan kamu dan bilang “Kita lewatin ini bareng-bareng, beban kamu aku pikul juga, yah sayang.”



**Curhatan seseorang yang sedang LDR**

0 komentar: