*Puisi Dibacakan oleh Yudit
Akhir-Akhir ini kita selalu berkomunikasi ntah melalui online atau bertemu secara langsung. Jujur, aku sanngat senang jika menerima kabar baik darimu dan aku ingat kita belum genap 1 tahun saling mengenal tetapi aku merasa akrab dan dekat, mungkin karena kita sering bermain bersama semasa kecil, yah?
Tapi, jika kamu membaca ini, walau aku yakin kamu merasa aneh ada seorang pria "Hyper" masih menulis. Yah, yang aku tulis adalah sebuah frasa ingin ku tumpahkan selama mengenalmu dalam waktu dekat ini. Sejak dulu kita tidak pernah berbincang dan menngenal satu sama lain, mungkin aku yang masih terlalu dini atau karena ke egoisanku dan tidak memperhatikanmu.
Waktu kecil, dunia terasa seperti taman bermain yang tak pernah usai. Kita bersepeda entah ke mana, menyusuri jalanan tanpa tujuan bersama teman-teman, seolah waktu tak punya kuasa atas kebahagiaan itu. Aku masih ingat jelas saat aku iseng meledek gigi kelincimu, dan kamu dengan wajah kesal dan marah, lalu mengejarku sampai tawa kita pecah di tengah sore yang hangat. Itu momen yang sederhana, tapi begitu abadi dalam ingatanku. Dan aku pun masih mengingat momen saat mereka menggoda kita, “cie cie… Yudit suka tuh,” lalu kamu menunduk malu, tersipu, sementara aku hanya bisa tersenyum kaku rasa itu masih terlalu baru untuk kupahami, tapi diam-diam tumbuh.
Kita pernah bermain petak umpet, tertawa tanpa beban, seolah dunia hanya terdiri dari permainan dan tawa masa kecil. Aku masih ingat saat kita bersembunyi, lalu saling berbisik "ada cewe tetenya gede", bercanda dengan polosnya, hingga tawamu pecah begitu lepas dan kalah dalam permainan.
Dan sekarang lihatlah dirimu, Sayang. Sudah sejauh ini kamu melangkah, lebih kuat, lebih anggun, dan tetap dengan tawa yang bisa meluruhkan resah. Masa kecil mungkin kini jadi pelarian paling manis dari kerasnya dunia yang tak memberi jeda, dari waktu yang terus mengejar dan tak pernah menunggu.
Untukmu, Di balik matamu, aku bisa merasakan beban yang tak pernah kamu ucap, kesedihan yang ditelan sendiri, ketidakpastian yang kamu sembunyikan di balik senyum, dan kekuatan palsu yang kamu bangun hanya untuk bisa terus berjalan. Tapi kamu masih bertahan. Masih berdiri di dunia yang dingin ini, meski retak, meski lelah. Dan entah kenapa, itu membuatku bangga. Bangga pada seseorang yang aku cintai. 26 tahun ini bukan tentang perayaan. Bukan tentang angka. Ini adalah tentang bagaimana luka, kehampaan, dan rasa cemas menjadi bagian dari dirimu yang lebih baik, dewasa, dan bijak. Akhir-Akhir ini kamupun bergulat dalam kesendirian dan aku paham hal itu tidaklah mudah banyak lika-liku yang dilalui. Perjalanan mengenalmu membuatku bercermin dan belajar tentang batasam, bukan hanya sabar seseorang, tapi juga battas diriku sendiri, perjalanan mengnalmu seperti berjalan di lorong gelap yang tiba-tiba menunjukan cahaya.
Memang, aku selalu beergurau denganmu, kadang terlalu jauh, kadanng membuatmu kesal hingga kamu memalingkan wajah. TTapi di balik tawa itu, tersembunyi ketakutan yang tak pernah sempat kuucapkan: aku takut kehilanganmu, terutama sekarang, saat rasanya kamu begitu dekat, begitu nyata, begitu menyatu dalam hidupku.Aku bahagia karena kamu ada, tapi dalam kebahagiaan itu, aku tahu ada sisi gelap dalam dirimu dan juga dalam diriku yang belum selesai. Tapi mungkin, itulah cinta yang paling nyata: menerima seluruh cahaya dan gelap seseorang, dan tetap tinggal. Dua puluh enam tahun ini bukan hanya angka biasa. Ia adalah jejak waktu yang menyimpan ribuan kenangan, luka-luka yang kamu sembunyikan rapi di balik senyuman, dan perjalanan sunyi yang tak semua orang tahu kamu jalani sendiri. Tapi lihatlah kamu sekarang masih bertahan, masih tersenyum, dan ntah bagaimana, masih memilih untuk tetap bersamaku. Lalu Hari ini, aku ingin merayakan bukan hanya ulang tahunmu, tapi keberanianmu untuk terus hidup dan untuk mencinta, Kamu adalah hangat yang tak pernah kuminta, tapi diam-diam selalu kunanti. Dan di hari yang istimewa ini, aku tidak hanya ingin mengucapkan selamat tapi juga terima kasih. Karena kamu tetap memilih berjalan, bahkan ketika hidup tak selalu ramah.
Aku mencintaimu, dalam versi terbaik dan terburukmu, dan aku ingin tetap di sini, bersamamu, menyambut tahun-tahun selanjutnya, entah sesulit apa pun bentuknya. Kita tak tahu ke mana waktu akan membawa kita. Tapi selama aku masih diberi waktu dan ruang di sisimu, aku ingin tumbuh bersamamu. Di usia 26-mu ini, aku tak hanya ingin merayakan kamu yang telah hidup sejauh ini, tapi juga menantikan hari-hari mendatang bersamamu, meski dengan segala resiko dan ketakpastian.
Pada Akhirnya, Frasa ini cukup panjang, Ini sebuah pelukan dalam bentuk kata. Jika kamu sampai di sini, terima kasih karena telah membaca dan merasakan, tapi percayalah semesta selalu mendengarkanmu. Di tahun ini, aku ingin semesta menjadi sahabat baikmu. Aku ingin harapan-harapanmu satu per satu menjadi nyata. Pekerjaanmu lancar, hatimu lebih tenang, dan senyummu semakin sering muncul tanpa alasan yang berat. Lalu percayalah pertemuan kita bukan sekedar kebetulan semesta, Kamu hadir dengan caramu yang tenang namun menenangkan, membawa tawa, membawa cahaya, dan tanpa sadar menjadi tempat pulang yang aku cari selama ini. perjalanan mengenalmu membuatku lebih tenang. Sungguh, mencintaimu dengan cara paling sederhana dan paling tulus adalah yang paling aku syukuri. Terima kasih karena sudah hadir, dan tetaplah tinggal, karena aku ingin terus melangkah bersamamu.
0 komentar: