Everything You Know the Story

art by merl1ncz

Blank Death - Mystery X-Y-Z

art by merl1ncz

Hari ini, salju turun didaerahku, aku melamun didepan jendela terbuka sembari meminum kopi hangat yang sudah kuseduh.
Kopinya sudah terasa dingin.
Kutengok jam dinding disebelah kananku, yang dari tadi tak berhenti berdetak. Sekarang masih pukul setengah 2 siang. Tapi, salju masih turun dengan lebat.
                Haruskah aku membatalkan perjanjian kali ini kepada Lucy? Tapi dia sudah membayarku, dan lebih parahnya membayar yang sangat besar. Mungkin lebih tepatnya, menyewaku.
Untuk kali ini aku labil.
                Dari kebengonganku, aku tersadar melihat perempuan yang memakai seragam SMA sama sepertiku, rambut panjang yang tergurai kebawah, dan muka yang tertutup oleh payung tebal sudah tertutup oleh salju.
                Tidak ada kendaraan lewat sejak aku berdiri disini, apa dia sedang menunggu seseorang? Dibawah pohon besar yang tertutup salju. Dai kelihatan sedang panik…atau sedang berjaga-jaga? Beberapa kalai dia melihat kanan-kiri…
Aku tidak bisa melihat mukanya…
                Rasa curugaku mulai timbul dari tingkah dia. Terlebih lagi, memakai baju sekolahku yang lumayan tipis.  Sudahlah…lagi pula, jika memakai otakku juga tidak ada artinya.
Pukul sudah menunjukan angka 2 siang, apa Lucy masih menunggu? Sepertinya aku harus memaksakan diriku untukpergi keluar tumah.
Kurapihkan baujuku dan mengenakan mantel tebal, lalau aku menghampiri jendela yang ingin kututup. Kulihat keluar jendela, yang sekarang berdiri pria bercongkak berpakaian tebal sama sepertiku sedang berbincang dengan gadis tadi.
Sudah kuduga…
Mungkin saja pamannya, yang tersesat dijialan. Dan dia kelihatan panic.
                Daripada memikirkan hal itu, lebih baik aku ketempat Lucy. Perjanjiannya jam dua sudah dikedai teh.
“kak…aku berangkat…”
Tidak ada jawaban…biarlah…mungkin dia sedang tidur siang…
Aku berjalan keluar rumah dan dari tempatku berdiri terlihat jelas bahwa pria bercongkak tadi itu adalah guru Bahasa inggrisku. Apa yang dia lakukan?
Akupun berjalan kearah kiri tanpa menengok sedikitpun kepada mereka, tetapi rasanya aku dilihat oleh cewek tadi. Kulanjutkan jalan saja, mungkin itu hanya firasatku…
Dijalan buntu dari arah kanan, sudah terlihat kedai the yang dijanjikan oleh lucy, tertutup salju tebal. Memungkinkan orang-orang tidak mengenal kedai ini.
Aku memasuki kedai itu dengan cepat-cepat, hawa dikedai itu berbeda dengan diluar. Sangat hangat. Kulepaskan mantel tebalku sembari mencari-cari Lucy…
Kulihat dipojok tempat duduk yang dekat dengan jendela besar , dan kurasa hawa disitu lebih dinign dari tempatku berdiri.
“Maaf membuatmu menunggu…” kataku, sambari duduk didepannya.
“aku juga baru datang.”
Untung saja aku tidak datang jam dua.
“ada apa kau memanggilku?”
“pertama-tama…” katanya yang berdiri dan berpindah duduk disampingku lalu membukan tas ransel kecil yang ia bawa, dan menarik keluar laptop. “untuk lebih jelasnya, kau lihat Video dari ini dulu.”
“cctv ya?”
“kau langsung tau.” Pujinya. “tentang kasus misteri hilangnya  12 anak dari hotel Ibis, kupikir ada beberapa keaneahn dari video ini. Aku ingin mendengar asumsimu…”
“Ok, tapi jangan berharap lebih dariku.”
                Ada 7 Video dalam folder itu, setiap Video berdurasi 4-7 Menit. Aku memutar video itu dari awal namanya. Investigates 1.MKV.
Kuperhatikan pada video satu dan dua, tidak ada keanehan apapun, walaupun ditampilkan hanya beberapa orangtua berjalan lalu lalang dalam video ini. Video ketiga kuputar, masih tidak ada apapun, tapi…diakhir-akhir video 2 orang anak-anak berusia sekitar 3-5 tahun bermain-main didekat lift seperti hanya ingin naik-turun dari lift.
Aku tidak menaruh kecurigaan dari anak itu, disaat, awal video ke-empat, terlihat jelas pria berjas rapih memasuki lift yang didalamnya kuingat 2 anak kecil harusnya keluar dari lift itu karena baru saja naik. Tapi tidak Nampak, dan pria berjas itu sepertinya memang tidak melihat adanya dua anak kecil.
Dipertengahan Video ke-empat, aku melihat satu anak kecil yang tadi, tetapi memakai baju berbeda dari sebelumnya dan terlihat sangat panic. Mataku mulau melebar sedikit melihat adegan itu. Apa? Apa yang terjadi? Beberapa detik kemudia, anak kecil itu menangins jongkok didekat pot bunga didekat pintu lift masuk.
Pada saat video ke-lima seorang gadis perempuan menghampiri anak itu, dan sepertinya dia merasa kasihan kepada anak laki-laki itu. Aku tidak tau mereka berbicara apa, dan bahasa apa. Yang kuketahui dari otakku adalah, kemungkinan gadis itu mengajaknya kepada orantuan anak kecil itu. Dan memang benar, anak kecil itu menuruti, lalau digendong oleh peempuan cantik.
Saat video ke-enam tidak ada tanda-tanda kecurigaan divideo itu, hanya saja, aku baru tau didepan lift bagian kanan ternyata lift juga. Kupikir itu pintu untuk memasuki ruangan Office.
Diveideo ke-tujuh kuputar, yang durasinya hanya 3 menit saja. Seorang pria berjas, sama seperti video sebelumnya keluar dari Lift, dan bersandar, seperti sedang menunggu seseorang keluar dari lift. Saat dimenit ke-2:46 wanita tua dan gadis cantik yang menghampiri anak kecil tadi keluar dari lift, berpakaian berbeda juga dari yang tadi, diikuti oleh orangtua yang sedang membawa 2 anak laki-laki berbeda dari yang tadi.
Beberapa menit gadis itu pergi, lalau laki-laki berjas berjalan keluar Hotel. Dan tidak tertangkap cctv.
Kuhela nafas yang agak panjang, dan bersandar pada bangku. Lucy menyudahkan meminum teh, lalau menanyakan teoriku tentang ini.
“kapan terjadinya kasus ini?” tanyaku yang sembari memastikan.
Lucy membuka buku catatannya, dari dalam tas. Dan melihat beberapa catatan.
“22 Mei tahun 2009” jawabnya. “Dan kejadian pertamanya, 14 April 2009, dan video yang kita lihat ini pada pertengahan. Berarti pada tanggal 7 MEI 2009” lanjutnya.
“berarti, kasus kehilangan anak ini beruntun ya..”
“Sepertinya ya. Dan juga, kehilangan anak ini bukan dihotel ini saja. Maksudku, memang hhotalnya Ibis, tapi berbeda tempat.”
“Pedofilia…”
“Menurutku bukan, aku ada beberapa spekulasi dari beberapa orang. Dan emng teori-teorinya sedikit masuk akal.” Katanya, sembari memberikan buku catatan kecil dari tasnya, dan memberikannya kepadaku.
「 Saturday, June 2nd 2009
  Keterangan : Spekulasi sementara
  Nama            : Stephen Jaws
  Spekulasi       :
  Aku berpikir ini hanya tipuan sementara
  Para orangtua untuk mendapatkan keuntungan
  Dengan berpura-pura menghilangkan anaknya.
  Buktinya, berdasarkan data, para orangtua
  Yang kehilangan anaknya, memang tinggal
  Ditempat sedikit kumuh.  」

“Huh…” hela nafasku.
“memang sedikit membosankan membacanya.  Menurutku dia orang tolol yang berpura-pura bijak”
                Lalu kubuka lembar kedua yang isinya sama, spekulasi sementara yang dicatat oleh lucy. Mungkin kalai ini lebih masuk akal. Aku berharap.

「 Friday, June 11th 2009
  Keterangan      : Spekulasi sementara
  Nama            : Louis Elizabeth
  Spekulasi :
  Hanya pendapatku, Sepertinya aku curiga pada
  Gadis perempuan yang sedang mengajak anak
  Laki-laki yang sedang menangis. Buktinya
  Saja, sesaat dia pergi dan kembali lagi
  Memakai baju yang berbeda. Kurasa di
  Bajunya yang tadi berlumur darah, dan dia
  Memasukkan baju itu ketas ranselnya yang
  Lebih besar dari yang tadi.  」

Memang benar saat perempuan itu membujuk anak lelaki itu dia membawa ransel kecil. Dan setelah balik lagi dia membawa ransel yang besar.
“Tenag saja, spekulasi tadi juga ditolak, karena saat memeriksa kejadian sebenarnya, perempuan itu berpisah dari ruangan si anak kecil tadi.” Jelasnya.
“berarti sudah satu tahun ya kasusu misteri ini?” kataku. “sudah ada berapa tersangka yang didapat oleh polisi?”
“5 orang tersangka. Tapi, hanya 1 yang dicurigai, atau bisa dibilang…sebagai kambing hitam sementara.”
Lalu Lucy mengambil bebrapa kertas lagi didalam tasnya.
「 TERSANGKA SEMENTARA 」
1.  SAOTOME ARIMA
2.  JULLYA ANZULA
3.  OSAMAN DAILLY
4.  ELENA SACHILIA
5.  NAULIUS ANZUZA
“Tersangka yang sementara itu adalah ELENA SACHILIA ya?” tanyaku yang langsung keintinya.
“Bagaimana kau tau?”
“Hanya mendapatkan informasi acak dari Video.”
“Untuk Elena, yang sekarang masih menuggu keputusan algojo.”
“tapi, kenapa kau memanggilku?, bukankah sudah jelas siapa tersangkanya?”
“Begini, ada kejadian yang sama menurutku. Kali ini dalam satu hari kota sebelah itu kehilangan 2 anak sekaligus di Hotel Ibis, walaupun waktunya berbeda. Bagiku itu tidak mungkin jika SiELENAsedang dipenjara ketat dan menghilangkan 10 anak di hari yang sama.”
jadi sipelaku mengambil keuntungan dari Elena yang dipenjara ya…
“Kejadian pertamanya jam 7 pagi tadi 1 orang anak kecil laki-laki, polisi baru tersadar saat jam 11 siang, dan itu juga Hotel abis telah kehilangan satu anak lagi, berjenis kelamin perempuan.”
“Tidak ada petunjuk lagi?, seperti usia, pekerjaan orangtua, ataupun asal sekolah?” tanyaku.
“Hhhmm…yang sama adalah, bahwa semua orangtua yang terlibat misteri ini mengenal satu sama lain. Pekerjaan, ataupun usia berbeda.” Katanya. “oh ya, saat divideo ke-empat, apa kau tidak ada keanehan saat pria berjas itu menaiki Lift?”
“Huh?...tidak…” kataku sambil menerawang kejadian yang terjadi. “bisa kauperlihatkan.”
“Nha, saat di menit  ini…” Lucy memberhentikan videonya dan dia tidak terfokus pada pri berjas itu, melainkan Lift yang didepannya, yang artinya berada di sebelah kiri dari CCTV. Pintu lift itu sediti terbuka, dan tidak ada orang yang keluar. “Pertama memang terlihat buram dan sedikit tak jelas. Kupikir itu hanya kehancuran CCTV sementara…tapi, beberapa menit aku berpikir keras itu…”
“…Itu sipelaku” Putusku yang menengok kearah lucy, begitupun lucy yang terkejut dan memandangiku.
“Ya, menurut spekulasiku, Siplaku tidak menduga jika tidak ada orang yang ingin menaiki lift disebrangnya. Maka dari itu sepertinya dia terburu-buru menutup pintu lift.”
“apakah kepolisian tau tentang ini?”
“ya, mungkin. Mereka tidak menemukan sipelaku dan akhirnya menjadikan salah seorang tersangka kambing hitam.”
“Bisa aku minta tanggal saat kejadian pertama dan kedua?”
Lucy menggeser leptopnya, dan ditunjukannya data lengkap tentang kejadiannya.
1.  14 APRIL 2009 :
1)  ANASTASYA LELLITH [ 5 TAHUN ]
2)  ROBERT T.O. [7 TAHUN]

2.  15 APRIL 2009:
1) JESSICA A. [ 3 TAHUN]
2) ALBERT HAUSTEIN [6 TAHUN]
3.  20 APRIL 2009 :
1) GHALLIH MHATHAMMA [4 TAHUN ]
2) NAKASHINO AZUZA [ 7 TAHUN ]
3) FRANKISTEIN L. [ 4 TAHUN]
4.  1 MEI 2009 :
1) RAYON A.U [ 7 TAHUN ]
5.  7 MEI 2009 :
1) HANNY OZZWARD [ 3 TAHUN ]
6.  11 MEI 2009 :
1) ADOLF GLHAMMAT [ 5 TAHUN ]
7.  12 MEI 2009 :
1) SALLY KZUSVICA [ 8 TAHUN ]
8.  21 MEI 2009 :
1)  JONATHAN MICHAEL [ 6 TAHUN ]

Ada satu kesamaan dalam data lengkap ini…
“Jika perhitunganku benar, maka sipelaku masih berada dihotel ibis saat kejadian kedua sampai sekarang.” Seruku sembari bersandar kembali pada bangku.
“kau sudah dapat sipelakunya?” Tanya Lucy yang sedikit keheranan.
“yaahhh…untuk sekarang kita harus menuggu saljun reda dulu.” Kataku sembari melihat Lucy merapihkan kertas da leptop yang berserakan diatas meja, dan memasukannya kedalam tas. “dalam teoriku akan kuperkirakan yang terlibat dalam misteri ini ada 3 orang, kita sebut saja sipelaku itu X, Orang kedua itu Y, dan yang ketiga itu Z.  Pertama, kenapa tiga orang ini terlibat dalam kasus misteri ini?. Kedua, kenapa aku sebutkan si-X itu pelaku?. Ketiga, Siapa dalang dari kasus misteri ini?, dan yang terakhir, Keempat, apa motivasi mereka melakukan hal ini?”
“Sepertinya akan seru.” Kata lucy yang sekarang dia berpindah duduk didepanku.
“Pertama, akan selalu ada penyebab dari kasus ini, Mengapa si X,Y, dan Z melakukan hal ini? Jawabannya simple…karena si-Y merasa sangat benci keluarga mereka, mereka yang kumaksud adalah para korban. Dari kesimpulanku, Semua korban yang ada, keluarga mereka mempunyai anak lebih dari dua.  Yang artinya, si-Y masih bersekolah SMA sama seperti kita begitupula dengan si-“MEREKA” . Tapi dimana sekolahnya Si-Y?. Si-Y merasa benci dengan mereka karena selalu menjadi bahan ejekan. Dari semua korban tadi, kau bilang satu keluarga dengan keluarga lain saling mengenal. Ada satu kesamaan lagi dari data yang tadi, bahwa keluarga korban mempunyai kekayaan yang tidak biasa. Seperti halnya, mereka semua mempunyai perusahaan yang besar, atau bekerja diperusahaan yang besar. Dalam hal ini, apa yang keluarga mereka pikirkan untuk anak paling besar mereka?, mereka akan menyekolahkan anak mereka pada Sekolah mahal. Satu-satunya sekolah mahal dikota ini Cuma satu…SMA PEASSUGREEN. Lalu, kenapa si-Y menjadi korban pembullyan?. Karena dia mendapatkan sekolah tinggi itu melalui BEASISWA, sedangkan si-Y sangat tertinggal Jauh ekonominya dibandingkan mereka. Jika dalam bahasa kasarnya, Mereka jajan dengan uang 50.000 Ribu, sedangkan Si-Y hanya jajan 10.00 ribu. Walapun dia mendapatkan BEASISWA, Si-Y merasa dikucilkan dan selalu dibully karena setiap berjalan kesekolah dia berjalan kaki, atau mempunyai sepatu yang jelak dari yang lain.”
Elena mendengarkanku sembari meminum the yang sepertinya sudah dingin, bahkan tehku yang ia pesan belum kuminum sama sekali.
“Si-Y mendapatkan BEASISWA karena dia pintar, tapi dalam bidang olahraga sepertinya dia tidak terlalau hebat. Dalam hal ini sepertinya kau sudah tau dalang dibalik ini, dan motivasi si-dalang melakukan hal ini.” Kataku yang sekarag kuminum seteguk teh yang memang sudah dingin, sesekali suapaya tenggorokkanku tidak kering.
“Jadi, maksudmu, pelaku sebenarnya bukan si-X?” Tanya Lucy yang sedikit terkejut. Lalau aku membalasnya dengan sedikit senyum kepadanya. “TApi bagaimana kau tau itu, Seolah-olah kau memang melihat kejadian didepan matamu?”
“nanti akan kujelaskan. Untuk sekarang, Kenapa sebelumnya aku bilang si-X itu Pelaku?, tapi sebenarnya dia bukanlah pekau sebenarnya. Melainkan si-Y, Bisa kita katakana si-X itu bodoh, Bodoh yang tidak ada habisnya. Lalu kita sebut saja, Anak yang menangis itu si-A, dan yang satunya lagi si-B, Kita lihat betapa bodohnya si-X saat dilift kiri. Atau mungkin dia sengaja terlihat bodoh, untuk memberitahu kita hintnya…Apa kau sudah tau arti dari tanggal-tanggal kehilangan semua anak itu?”
“Huh? Maksudmu?...dari data dilaptopku tidak ada yang harus dicurigai,’kan?” Tanya lucy, yang sesekali mengganti ekspresi mukanya keheranan.
“Tidak kau paham, arti dari tanggal kejadiannya, jika kita rubah dalam bentuk Abjad. 14 APRIL jika dalam Abjad menjadi kata “N”, 15 APRIL menjadi “O”, 20 APRIL Menjadi “T”,  1 MEI Menjadi “A”, 7 MEI Menjadi “G”, 11 MEI Menjadi “K”, 12 Mei menjadi “L”, 21 MEI Menjadi “U”. Jika kita pintar mengurutkan Abjad-Abjad ini akan menjadi kata TOLONG AKU ” Jelasku kepadanya, yang kelihatannya dia sedikit terkejut.
“Lalu bagaimana si-X Bisa terlibat dalam kasusu ini?, dan bagaimana kau tau itu, bukannya itu seperti sebuah Keberuntungan?”
“Katamu, ada kejadian yang sama dikota sebelahkan? Sepertinya kita harus kesana untuk memastikannya.” Kataku sembari melihat keadaan diluar dari jendela. Dan sepertinya salju sudah reda, kulihat jam sudah menunjukan angka 16:27. “kita harus cepat, jika tidak mau adanya korban lagi.” Lanjutku.
“Jika itu menyangkut teorimu akuakan ikut.” Lucy berdiri didepanku seolah-olah sudah siap berangkat. Akupunikut berdiri. Tapi sepertinya aku baru menyadari sesuatu hal terpenting untuk sekarang. Kuraba-raba kantung celanaku dan benar, Dompetku tertinggal dikamar.
                Kulihat Elena sudah berjalan menuju kasir untuk membayar, harusnya laki-laki sepertiku selalu diandalkan perempuan. Fuuh…
“Terimakasih, lain kali akan kuganti..” Ucapku yang sudah berada didepan toko,lucy yang didepanku seketika menoleh kearahku.
“ahahaha…kau berlebihan, tidak apa kok, lain kali kau harus menjadi andalan perempuan…” Elena tersenyum kepadaku seperti meledek, tapi aku menganggapnya dengan senyum terpaksa.
                Sepertinya salju memang sudah reda, tapi beberapa jalan setapak yang kita injak sudah tertumpuk dengan salju, beberapa kali lucy terjatuh dan dia menuduhku jika aku mendorongnya. Memang aneh.
                Aku dan Lucy sampai dihotel ibis, tempat kejadian terjadi. Saat pertama kami masuk banyak sekali pria memakai jas rapih dan beberapa berpenampilan rapih memperhatikan kita berdua. Sepertinya itu agen kepolisian. Kulihat jam sudah menunjukan 16:40.
                Apa agen kepolisian juga tau akan hal ini?. Kuharap memang begitu, semakin banyak yang tau, dia semakin terkecoh.
“Lucy…Lucy…” ada seorang perempuan cantik dengan baju kantoran menghampiri lucy. Apa dia temannya? Padahal lucy masih dibangku SMA kelas 12 sama sepertiku, tapi dia sudah jadi reporter.memang hebat, tidak sepertiku yang setiap hari mengandalkan logika kecil.
“Perkenalkan ini temanku, Demian Ajuzila. Aku bertemu dengan dia Karena ada beberapa kasusu dahulu..” Ucap Lucy yang tersenyum kepadaku.
Sepertinya aku pernah bertemu dengan dia akhir-akhir ini…diamana?
Oh…
Disalah satu stasiun Pertelevisian, Oh…dia pembawa acara, pantas saja terasa Familiar.
“Oh, Perkenalkan, Aku Yuilia” ucapnya dan kamipun bersalaman. “jadi, ada apa kalian disini?”
“Tentang itu, aku dan dia sedang meneliti kejadian hari ini. Dan kupikir dia memecahkan misterinya.” Jawab Lucy.
“Benarkah?...kalau begitu bisa kau beritahu akau secara spesifik?. Aku disini sebagai pembawa acara berita, tapi tidak ada hal yang menarik untuk kutulis.”
“Boleh, tapi dengan syarat, kau memberitahu polisi ataupun agen-agen yang berada disini, Jika ini adalah usul dari seseoarng saja. Jangan sebutkan namanya. Aku jiga akan memikirkan strategi yang bagus.” Kataku.
“Deal…”setujunya. “kalau begitu, bagaimana jika kita dudk disana dulu. Ambil meminum beberapa Jus.” Usulnya, lalu dia menunjuk meja tunggu yang berada di dekat meja resepsionis.
Aku dan Lucy mengikutinya dari belakang, Kuperhatikan sekitar sepertinya kepolisian dan agen-agennya sudah tidak memperhatikan kami berdua, yahhh..wajar saja jika ditempat ini sudah kejadian. Kulihat jam sudah menunjukan angka 16:43, sepertinya akan cukup jika kuceritakan semuanya kepada mereka.
Kulihat jam sudah 17:07, sepertinya rencana yang kujelaskan kepada mereka cukup jelas, dan sekarang mungkin tinggal melakukan Aksi.
Siapa Sebenarnya, si-X,Y,Z, dan bagimana keterkaitan ketiganya.
Lucu sekali…
Ini benar-benar akan menjadi pertunjukan yang seru. Tidak sabar aku menuggunya. Menuggu si orang ketiga datang, atau dengan kata lain si-Z,  walaupun aku sudah menduga siapa pelakunya.
Ku ambl beberapa tisu dimeja respsionis, dan kuletakkan dikantung celana untuk jaga-jaga aku terkena tubuh korban.
                Aku berdiri didepan meja resepsionis, saat aku memikirkan rencananya lagi supaya taka da yang kelewat sedikitpu, beberapa agen berpenampilan rapih menghampiriku, sepertinya Yuilia sudah memberitahu mereka.
Aku harus berperilaku normal dan sopan.
“Sepertinya kau telah melacak permainan ini…” ucap salah satu agen kepadaku dengan tegas. Kupikir dia akan menggeretak karena sudah ikut campur.
“Ya-yaah…hanya mengandalkan perhitungan dan logika saja.” Jawabku yang kurang Percaya diri. Baru kali ini aku berbicara dengan agen terkenal dikota ini.
Sebenarnya aku tau agen ini, Organisasi HPF, yang biasa dipanggil Human Protect Foundation. Mereka adalah kumpulan Detektif terhebat drari kotaku.
Biasanya jika kesatuan polisian tidak bisa memecahkan suatu misteri dikota ini, maka HPF akan ikut andil dalam menagani kasus. Dan biasanya hanya 1-3 Agen yang diturunkan oleh HPF, tapi kalai ini lebih banyak. Mungkin bagi mereka baru pertama kali menangani kasus berat seperti ini.
Tidak ada yang tau siapa pendiri HPF, bahkan nama agen-agen disini adalah nama palsu. Karena Nama ataupun identitas yang lain sangat rentan bagi mereka.
“Oh ya, mungkin agak terlambat, Namaku Stamford Rullers…” dia memberikan tangannya kepadaku, tanda ingi berjabat tangan. “Dan ini adalah anak buahku yang baru saja turun langsung kelapangan.” Lanjutnya dengan melepas tangannya dan menunjukan ada 3 orang memakai jas sama sepertinya.
Suduh kuduga. Dia menggunakan nama palsu, dia detektif nomor satu dikota ini, aku pernah menyelidikinya, bahkan meretas perusahaan HPF, dan ternyata nama dia adalah Stuff Leonardo.
                Dia menunjuk anak buahnya, dari sebelah kiriku, laki-laki seperti umur 20 tahunan, seperti orang kikuk, ditengah dengan badan besar dan juga hidung besarnya, yang artinya dia pekerja keras, dan yang terakhir berpenampilan seperti orang 30 tahunan, berkacamata bulat, sepertinya dia sangat pintar dibidang IT.
“Dari sebelah kirimu, dai bernama Aland Francies, Gauster Leopard, dan Julius Leadtart.” Selesai berbicara, Mr, Aland menyodorkan tangannya kepadaku.
“Kau suka bermain baseball ya?” tanyaku yang sesekali ingin menebak hobinya dari salaman, sepertinya dia terlihat terkejut, dan yang lainpun sepertinya terkejut.
“Bagaimana kau tau?” Tanya Mr. Stamford yang sekarang nadanya serius dan matanya mengarahku tajam.
“Ya-yahh…hanya menebak dari salaman. Apakah benar?”
“Be-benar…ta-tapi bagaimana kau tau?” Tanya Mr.Aland yang sekarang dia terlihat cemas.
“aku bisa belajar dari salaman, Tuan Aland mempunyai tangan yang kasar dan sedikit basah. Yang artinya dia sering memegang pemukul baseball. Maaf jika aku membuka rahasia-rahasia kalian.”
                Mr.Stamford yang tadi bermimik tajam kepadaku sekarang sudah memudar kembali. Sepertinya dia kagum akan kemampuanku.
“Setelah kasusu ini selesai, aku harap bisa berbicara denganmu. Langsung saja keintinya, aku akan mengajakmu kedalam HFP. Aku akan memberikanmu waktu sampai kasusu ini selesai.”
Bagus…
Bagus sekali…
Untuk itulah aku merencanakan hal ini…
Aku tidak boleh tersenyum licik didepan mereka.
Harus menjaga kepribadianku.
“eh? Benarkah?...tapi, aku masih SMA. Dan sebentar lagi, aka ada Ujian.”
“Membicarakan itu nanti saja. Untuk sekarang kita harus memfokuskan strategimu.”
Mereka langsung menerima Strategiku? … tidak ada penolakan sama sekali? … aneh…
                Mereka berempat kembali pada posisinya. Aku yang berada diposisi ini tidak melakukan apa-apa. Ini juga untuk memudahkanku melakukan rencana kedua.
                Aku sedang melamun sembari melihat detakan jarum jam diatas dinding dekat dengan jalan menuju atas. Kulihat ada orangtua sedang memakai tas besar turun dari tangga terlihat sedikit pucat karena melihat keramaian agen-agen besar.
Itu dia…
Si-Z, orang ketiga, sudah kutunggu dia. Kulihat dia berjalan pelan, tapi bodohnya dia sangat terang-terangan. Kulihat Mr.Stamford menaruh curriga kepadanya. Ada beberapa polisi menghampirinya, kulihat dia mulai cemas, dan melihat sekeliling. Seketika mata diruangan ini tertuju padanya. Sekejap Lucy melirik kepadaku dan kembali melihat si-Z.
Kopolisian itu mulai memaksa si-Z, sepertinya dia berbicara bahasa Swiss, yang kulihat kepolisian memaksa si-Z membuka tasnya. Seketika Rangan ini mulai Ricuh, Mr.Stamford pun menghampiri pria itu dengan tegas, dan dengan tatapan tajam kearahnya.
Kepolisian yang lain, dan Agen-Agen HPF mulai merubungi pria itu, sedangkan aku menuju lantai atas dan berjalan memasuki kamar 026 tanpa ada yang melihat. Resepsionis juga tak melihat, mata dia tertuju kepria itu.
Dalam benakku, aku harus menahan tawa ini. Tapi ini sangat lucu sekali…
Kumasuki kamar yang bertuliskan 026, sudah kuduga memang tidak dikunci. Kuberjalan ketengah ruangan, dan ditempat tidur sudah ada perempuan yang tingginya melebihiku, berpakaian rapih, sedang menungguku. Dia bernama Lucitya Allen, atau bisa disebut si-X.
 “Aku sudah menunggumu sangat lama…” ucapnya sembari tersenyum kepadaku.
“maaf..maaf…butuh waktu agak lama untuk meyakinkan Lucy. Yaah…seharusnya kau menghargai usahaku.” Candaku kepadanya.
“ahahaha…benar juga.” Ucapnya. “sudah kutukar tas milik pria itu dengan tas kita.” Jelasnya kepadaku.
Memang benar aku menyuruh dia untuk menukarkan tas yang berisi organ-organ anak kecil dengan tas miliknya. Dia sudah beberapa kali mengamati pria itulalau sampai dititik terakhir, dia membeli tas yang sama lalau saat siorang yang selalu kusebut Z lengah, dia menukarkannya. Dan hasilnya sangat sempurna, tidak ada kecacatan sedikitpun.
Begitu juga dengan si-X, dan si-Y. itu hanyalah bualanku saja. Aku yang merancanakan semuanya. Aku yang menjadi si-Y, dan yang menjadi si-X adalah perempuan yang sedang dipenjara bernama Elena Sachilia. Dan juga merencanakan tanggal kehilangan anaknya juga. Sengaja aku yang membuatnya, supaya aku bisa melihat kehebatan detektif disini.
Dia juga yang melakukan penghilangan anak saat tadi pagi. Dengan kata lain dia juga si-Z. aku juga yang menyuruh dia melakukannya pada saat jam-jam tertentu.kali ini Hotel Ibis kehilangan satu anak lagi, dengan kambing hitam juga satu. Rencana yang sempurna.
“lalu? Apa rencanamu selanjutnya?” tanyanya.
“tunggu sebentar. Saat aku berada dirumah, kau sedang berada dibawah pohon depan rumahku kan?” tanyaku, yang sembari memastikan kejadian.
“Oh yang itu. Iya, itu memang benar aku.” Jawabnya singkat. “saat itu aku sedang memata-matai si-Z, tapi ketika itu guru olahraga menjumpaiku, dan beberapakali dia menanyakan aku kenapa disana.”
Ohh…aku mengerti.
“mungkin rencana selanjutnya akan kupikirkan, untuk saat ini, aku akan meyakinkan para dtektif itu bahwa aku memang dibutuhkan di HPF. Saat tadi dibawah aku diajak memasuki organisasi itu. Tapi dia memberikanku waktu, mungkin sampai…sekarang.”
“mungkin perang akan dimulai dari sekarang ya…” katanya. “dan juga racun, sudah kumasukkan kedalam minumannya tadi pagi. Mungkin besok siang atau pagi dia sudah tak bernyawa.”
“Ya, aku harus menggunakan otakku sebagai satu-satunya senjata.dan terimakasih atas kerjasamanya.”
                Aku harus cepat-cepat turun. Lagipula setelah ini, mungkin beberapa hari lagi si-orang kamibng hitam Z sudah tak ada lagi. Bagi dia ini seperti Pengadilan yang tak teradilkan.
“aku harus turun kebawah melihat keadaan. Kau tunggu disini saja. Mungkin beberapa munggi kita tidak saling kontak. Jadi sabar saja.” Tanpa menuggu jawabnya aku langsung menuju kelantai bawah.
                Oh ya, tentang si-Y itu dibully, memang benar. Aku benar-benar dibully oleh mereka. Karena itu aku membalaskan dendam mereka. Walaupun kesannya berlebihan. Aku memang benci dengan dunia ini. Aku ingin merasakan jika dunia ini dibenci olehku.
                Dan juga tentang anak-anak hilang itu. Aku menjual oragan-organ mereka kepada dokter yang membutuhkan. Tidak ada yang curiga kepadaku. Karena aku mempunyai orang kedua dan ketiga sebagai perantara. Jika saja ketahuan, maka yang terkena imbasnya adalah orang-orang tersebut.
Bukan tidak ada artinya aku mengincar si kambing hitam Z itu. Karena dia mantam perampok bank besar, karena itu aku mengincar dia supaya teoriku semakin kuat dimata para detektif. Untuk itu aku harus menghancurkan HPF terlebih dahulu.
Susah sekali menahan tawa ini…
                Beberapa hari lagi si Kmbing hitam Z itu akan menuju ajalnya. Setelah itu aku akan masuk ke HPF, tanpa pengadilan terlebih dahulu.Tentang si Elena, saat ini kutahan dulu dipenjara, karena suatu saat aku membutuhkan kebodohannya.
                Saat aku menuruni tangga, keadaan sudah seperti normal kembali, kulihat Lucy dan teman satunya lagi sedang mewawancarai Mr.Stamford. Mr.Stamford melirik kearahku lalu kulihat dia memberi tanda ibu jarinya memganggkat. Aku tau maksud itu, dia menyuruhku menuggu ditempattunggu dengan meja nomor 6. Kuturuti permintaannya.
                Selesai wawancara, Mr.Stamford menghampiriku dengan pakaian berbeda, berpenampilan lebih formal. Dan tersenyum kearahku. Lalau dia duduk bersebrangan denganku, dengan wajah senang tapi juga serius.
“Untuk kasus kali ini, aku berterimaksih kepada anda. Kecerdasan anda dibutuhkan dalam organisasi ini. Bagaiamana?”Tanya Mr.Stamford langsung keintinya. Sepertinya dia memang type orang yang tidak mau berbasa-basi.
“Aku terima. Tapi jika aku bekerja pada organisasi ini, mungkin aku aktif saat setelah aku masuk keperguruan tinggi.”
“tidak masalah. Kau bisa menghubungiku kapanpun.” Dia memberikan surat  pengenal kepadaku.
“Bagaimana dengan anak buahmu itu?”  tanyaku basa-basi.
“mereka bekerja dengan baik. Walaupun beberapa kali membuat sedikit masalah.”
                Kulihat Allen keluar hotel dengan sedikit terburu-buru. Dia melirik kepadaku, pertanda ada yang mau ia bicarakan. Beberapa menit kami berbicara bas-basi untuk melunagkan waktu supaya dia tidak curiga padaku, jika aku beralasan.
“maaf sepertinya waktuku sudah tidak cukup. Apalagi keluargaku sangat ketat.” Aku berbohong kepadanya.
                Kami berpisah diluar hotel, dia dijemput dengan mobil tidak ber-plat mewah, sedangkan aku menuggu dia memasuki mobil. Dan menuggu dia sudah berjalan jauh.
                Sepertinya sudah sepi. Aku harus ketempat pertemuan yang dijanjikan Allen. Taman bermain anak-anak. Jam sudah menunjukan pukul 18:00, sudah cukup lama aku berada disini. Mungkin ini waktu bagi Allen juga.
                Sesampainya ditaman aku melihat Allen sudah tak bernyawa memegang handphonenya yang maish menyala dekat dengan rerumputan yang rimba dan mulut berbusa. Yahh…ini juga bagian dari rencanaku, tidak boleh ada yang tau identitas asliku, maka dari itu aku harus menghukum perempuan ini.
                Kuambil tisu dikantung celanaku yang sudah kusiapkan sejak tadi, dan mengambil handphonenya dengan tisu. Aku masih ingat bekas sidik jariku dimana, maka dari itu kuambil dengan hati-hati. Kupatahkan Handphone itu, karena dia menggunakan handphone Slide. Lalau kuletakkan didekat dirinya.
                Ke-esokan harinya juga mungkin diri dia sudah tertutup salju. Jadi tenang saja. Aku melakukan ini dengan kesempurnaan.

Setelah mengecek ulang supaya tak ada yang terlewatkan, aku pergi meniggalkan mayat ini, dan pulang kerumah dengan santai. Jika saja kakakku menanyakan, maka aku akan menjawab sedang berjalan-jalan dengan lucy.

0 komentar: